Hampir tiap orang sudah tak asing dengan produk cuka. Mulai dari cuka makanan hingga ke cuka buah-buahan. Cuka buah lebih kaya nutrisi lebih baik daripada cuka makanan. Asam asetat yang kaya asam suksinat, asam malat, asam sitrat, asam amino, vitamin, zat bioaktif dan sebagainya sehingga manfaat cuka sendiri juga beragam, mulai dari menambah cita rasa pada makanan hingga manfaatnya untuk kesehatan seperti menurunkan gula darah, menurunkan kolesterol hingga melancarkan pencernaan. Kini mulai banyak sekali produk cuka yang ada di pasaran dengan varian rasa berbeda menjadikan rasa cuka lebih bermacam-macam dan tentunya unik. Salah satu cuka unik ini adalah cuka nanas.
Buah nanas (Ananas comosus) merupakan salah satu buah tropis yang sering kali ditemui di Indonesia dan menjadi favorit karena daging buahnya yang manis dan menyegarkan. Buah nanas juga memiliki potensi untuk dijadikan cuka karena prinsip produk cuka sendiri merupakan produk cair hasil fermentasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat agar bisa difermentasikan sehingga memunculkan warna, aroma dan rasa yang khas. Kandungan nutrisi pada nanas seperti gula sederhana diantaranya sukrosa, glukosa dan fruktosa yang digunakan untuk bahan baku saat proses fermentasi. Selain itu, karakteristik kandungan cuka yang khas adalah asam asetatnya. Cuka nanas dibuat dari buah nanas melalui proses tahapan fermentasi yang panjang dan memiliki ciri bau asam cuka yang khas seperti bau asam nanas, warna khas berwarna kecoklatan atau coklat kemerahan dan tentunya terdapat endapan berupa inang cukanya.
Tapi pernahkah kamu melihat cuka nanas yang biasanya berwarna cerah berubah menjadi merah?
Fenomena ini mungkin tampak menarik tetapi juga bisa menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di balik perubahan warna tersebut. Kira-kira apa masih aman untuk dikonsumsi atau tidak ya?
Pada produk makanan, warna produk sangat mempengaruhi terhadap keinginan orang untuk mengkonsumsi suatu produk. Warna adalah salah satu parameter penilaian sensori karena dapat dinilai langsung oleh mata ketika melihat. Menurut studi, cuka nanas memiliki karakteristik berwarna coklat atau kemerahan. Hal tersebut karena buah nanas mengalami penguraian zat organik oleh bakteri untuk difermentasikan. Adapun cuka nanas bisa berubah warna menjadi merah karena adanya reaksi kimia antara bahan-bahan yang terkandung di dalamnya. Seperti halnya ketika cuka nanas terpapar udara dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, kemungkinan penyebab perubahan warna lainnya yaitu akibat buah nanas mengandung pigmen alami seperti anthocyanin yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Faktor-faktor seperti tingkat keasaman, suhu, dan zat-zat lain yang ada dalam cuka dapat mempengaruhi warna pigmen ini, menyebabkan cuka nanas berubah warna.
Biasanya, perubahan warna itu sendiri tidak membuat cuka nanas menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Jadi warna merah pada cuka nanas adalah hal yang wajar ya dehealthers! dan tak perlu khawatir. Cuka nanas sendiri memiliki sifat antibakteri terutama bakteri patogen atau penyebab penyakit. Hal ini karena cuka nanas memiliki senyawa flavonoid, tanin, saponin dan triterpenoid mempunyai aktivitas antibakteri. Menurut studi, kandungan tersebut berpotensi memiliki aktivitas antibakteri pada bakteri Escherichia coli. Dari hasil penelitian menunjukkan jika konsentrasi 50% cuka nanas memiliki kadar hambat terhadap pertumbuhan bakteri E. coli sehingga cuka nanas efektif menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Namun, jika perubahan warna itu disertai dengan perubahan bau atau tekstur yang aneh atau jika terdapat pertanda-pertanda lain seperti pertumbuhan jamur atau bakteri, lebih baik untuk tidak mengkonsumsinya. Penting untuk selalu memeriksa cuka atau bahan makanan lainnya secara rutin untuk memastikan kualitas dan keamanannya sebelum digunakan
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
WA : 08113692868
IG : @Dehealth_Supplies
Source:
Fadlurrahman, F.H., Arfiyanti, M.P. and Ratnaningrum, K., 2022. Potensi Antibakteri Cuka Nanas (Ananas Comosus) Terhadap Bakteri Escherichia Coli. In Prosiding Seminar Nasional Unimus (Vol. 5).
Kwartiningsih, E. and Mulyati, L.N.S., 2005. Fermentasi sari buah nanas menjadi vinegar. Ekuilibrium, 4(1), pp.8-12.
Oktaviani, D. and Suryani, T., 2020. Pemanfaatan Buah Nanas Madu Sebagai Bahan Dasar Vinegar Dengan Variasi Konsentrasi Starter Dan Lama Fermentasi (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Praveena, R.J. and Estherlydia, D., 2014. Comparative study of phytochemical screening and antioxidant capacities of vinegar made from peel and fruit of pineapple (Ananas comosus L.). International Journal of Pharma and Bio Sciences, 5(4), pp.394-403.